Idul Fitri (Bukan Sekedar Baju Baru)
Sabtu, 26 Juli 2014
0
komentar
Tidak ada bulan manapun diantara ke 12 bulan dalam satu tahun
selain bulan Syawwal yang amat sangat disambut meriah oleh umat muslim
diseluruh penjuru dunia, bagaimana tidak, belum masuk tanggal 1-nya saja
sudah meriah dengan berbagai aktivitas dari berbagai elemen masyarakat
muslim, dari yang sangat taat, sampai orang islam yang hanya sekedar
mengisi kekosongan kolom daftar agama dikartu tanda penduduk mereka.
Kemeriahan ini biasanya dimulai dengan banyaknya iklan-iklan yang
menayangkan berbagai aneka produk yang menawarkan discount sangat
menggiurkan dan menarik masyarakat untuk berbelanja, biasanya banyak
pula yang sudah jauh-jauh hari memulai menjajakan discount dari sebelum
masuk bulan Ramadhan. Kita anggap memang ini adalah hal yang lumrah,
sudah menjadi tradisi bagi muslim menyiapkan segala yang baru mulai dari
sendal, sepatu, celana, baju, sarung, peci dan lain sebagainya.
Rasa-rasanya kurang afdhol jika tidak memperbaharui pakaian di hari raya
Fitri ini.
Berikutnya sambutan bulan Syawwal dimeriahkan oleh media yang menghiasi
kolom-kolom beritanya tentang kabar H-5 H-4 dan seterusnya sampai H+7
bahkan sampai H+10 bulan Syawwal, apalagi kalau bukan berita hijrahnya
penduduk kota yang kembali ketanah keluarganya yang berada diluar kota
dengan membawa hasil pencahariaan selama 1 tahun belakangan, kita sering
menyebutnya dengan peristiwa arus “mudik”.
Kemeriahan ketiga biasanya dimeriahakan oleh suara-suara media tentang
persoalan kapankan idul fitri dimulai?besok atau lusa?. Perbedaan
ijtihad para ahli agama tentang penentuan awal bulan Sawwal yang sering
terjadi sehingga menjadi konsumsi umum dan bukan lagi barang langka
dikalangan muslim Indonesia, terlebih sangat terasa sekali karena media
menayangkan langsung dari kantor Departemen Agama RI acara penentuan
awal dari bulan Syawwal tersebut. berbeda dengan negara-negara muslim
lainnya khususnya wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, hal-hal yang
menyangkut sidang itsbat awal bulan dalam kalender Hijriyah biasanya
berlangsung tertutup, jadi masyarakat tidak dipusingkan oleh suara
sumbang kelompok-kelompok yang berbeda pendapat serta cenderung berfikir
untuk meninggalkan urusan itu kepada ahlinya.
Itu semua kadang membuat kita lupa untuk memaknai hakikat dan inti dari
perayaan Idul Fitri atau biasa kita sebut Hari Raya Fitri. Saya
pernah mendengarkan ceramah dari prof. DR Quraisy Shihab yang berkaitan
tentang Idul Fitri, oleh karena itu disini saya akan mengutip soal Idul
Fitri yang beliau sampaikan pada sesi ceramahnya beberapa waktu yang
lalu.
Ceramah pertama:
Banyak orang yang menyebut dalam bahasa sehari-hari kata Idul Fitri
sebagai Hari Raya Suci. Akan tetapi ada sebagian pakar yang menjelaskan
arti dan makna Idul Fitri dari sisi yang lain, kata “ied” dalam bahasa
arab berarti “kembali”, sedangkan kata “fitri” itu seakar dengan “iftar”
yang artinya ”berbuka puasa”. “Ied” juga seakar dengan kata “futur”
yang artinya “makan pagi”. Oleh karena itu “Idul Fitri” berarti hari
dimana orang-orang muslim kembali makan setelah melaksanakan ibadah
puasa selama satu bulan penuh. Rasulullah Saw makan beberapa biji kurma
sebelum berangkan sholat Idul Fitri, berbeda dengan Idul Adha, beliau
tidak makan sebelum melaksanakan shalat Idul Adha. Banyak pula tuntunan
agama tentang hari raya dan makanan, dalam Al-Quran sahabat nabi Isa
alaihissalam meminta untuk diturunkan hidangan dari langit untuk
dijadikan hari raya mereka. Begitu juga dengan makannya sendiri, begitu
banyak tuntunan agama untuk manusia agar memakan dengan yang baik-baik,
yang proporsional, yang lezat dan yang bisa bernilai bagi tubuh kita
baik itu dari kandungan gizi, protein dan sumber tenaga.
Ceramah kedua:
Sudah menjadi suatu tradisi jika datang hari raya kita sudah menyiapkan
pakaian yang baru dan yang indah, memakai pakaian yang indah itu tidak
ada larangan bahkan dalam Al-Qur’an kita dianjurkan memakai pakain yang
indah ketika kemasjid beribadah atau bisa juga kemanapun, asal jangan
ada niat menggunakan keindahan pakaian untuk sekedar bersombong kepada
orang-orang sekitar. fungsi pakaian itu sebenarnya ada empat. Pertama,
pakaian adalah penutup keburukan yang ada di tubuh kita, sesuatu bagian
dari tubuh kita yang tidak pantas dilihat oleh orang lain. Kedua,
pakaian bisa menjadi unsur keindahan seseorang . Ketiga, pakaian
berfungsi untuk membedakan seseorang dengan yang lainnya, kita bisa
menilai orang apakah ia seorang yang kaya atau miskin, dan kita juga
bisa menilai profesi seseorang dari pakaiannya. dan Keempat, pakaian
bisa melindungi kita dari sengatan panas dan dingin.
Jika kita sudah menyiapkan pakaian Jasmani yang indah yang akan kita
pakai pada hari raya Idul Fitri, sebenarnya dan sepatutnya kita pun
sudah merajut pakaian Rohani kita selama bulan Ramadhan. Allah Swt
berfirman “dan pakaian ketaqwaan itulah yang paling baik daripada
pakaian jasmani”. jika pakaian Jasmani melindungi kita dari sengatan
panas dan dingin, maka pakaian Rohani melindungi kita dari neraka, jika
pakaian Jasmani membedakan keindahan kita terhadap orang lain, maka
pakaian Rohani membedakan antara muslim dan non-muslim. Benang-benang
yang digunakan untuk merajut pakaian ketaqwaan ini adalah dengan
pebuatan-perbuatan baik seperti sabar, syukur, rendah hati, pemurah dan
lain-lain. Seorang muslim yang baik yang sudah menggunakan pakaian
Rohani yang baru akan senantiasa membuka pintu maaf bagi yang melakukan
keburukan kepadanya. jika ia difitnah hendaknya berdoa jika apa yang
dituduhkan itu benar semoga Allah Swt memaafkan dan mengampuni. jika apa
yang dituduhkan itu salah maka ia memaafkan dan berdoa semoga orang
yang menuduhnya itu mendapat ampunan dari Allah Swt.
Dihari raya ini marilah kita kembali memperbaharui jiwa kita agar
bersikap lebih baik dari yang sebelumnya, serta melanjutkan momentum
Ramadhan kita hingga mencapai derajat yang tinggi disisi Allah Swt.
http : //edukasi.kompasiana.com/2012/08/18/idul-fitri-bukan-sekedar-baju-baru-486548.html
http : //edukasi.kompasiana.com/2012/08/18/idul-fitri-bukan-sekedar-baju-baru-486548.html